cerita dewasa sopir dan majikan
Soujirouジークレー版画作品 絵画通販 WAシリーズ 絵のある暮らし 和TASTE 壁掛けフック付き ランキング1位獲得作品 ,「湖畔を駈ける」藤谷壮仁郎(Soujirou)ジークレー版画作品(絵画通販),「湖畔を駈ける」ランキング1位獲得作品,/cerita-sex-kisah-birahi-supir-dengan-istri-majikan/,ホビー , アート・美術品・骨董品・民芸品 , 絵画 , 版画 , その他,14248円,藤谷壮仁郎(Soujirou
Dantak lama dengan posisi memeluk sambil berdiri itu saya secara perlahan membuka gesper kulitnya seraya menurunkan celana panjang mang Sardi supir ku saat itu, dan setelah saya menurunkan celananya yg basah tersiram sower itu kemudian saya juga menurunkan celana kolor nya itu perlahan dan terlihatlah kemaluan laki2nya begitu mengkilat yang baru pertama kali saya lihat secara nyata dan asli di usia saya yang saat itu 20 tahun(sekarang udah 21 tahun),
Sungguh beruntung nasib sopir bernama Yudi yang berhasil mendapatkan sebuah kenikmatan di dalam keluarga tempat dia bekerja. Cerita panas ini adalah kisah perslingkuhan Yudi dengan Majikannya dan merembet ke anaknya yang masih SMU. Vivi baru aja pulang dari sekolah. Dia lagi sebal, karena tidak seorangpun yang menjemputnya. Padahal biasanya dia selalu ada yang menjemput, khususnya supir keluarganya. Sudah ditelpon berkali-kali, mulai dari HP maminya, HP supirnya, telepon rumah, tetapi tidak ada yang mengangkat. Akhirnya dia putuskan untuk pulang naik taksi. Sesampainya di rumah, Vivi segera masuk kedalam dan mencari supir keluarganya. Hendak didamprat. Hehehe…Biasa. Putri tunggal selalu judes dan manja. Dia melihat mobil yang biasa dibawa sang supir terparkir didalam garasi. Hal itu membuat dia semakin kesal. Dia berpikir sang supir pasti ketiduran. Dengan emosi dia segera menuju kekamar belakang tempat supirnya biasa beristirahat. Namun dia tidak menemukan siapapun disana. Bahkan, pembantu-pembantunya yang lain juga kok pada “menghilang”. Setelah mencari kesana kemari tanpa hasil, Vivi akhirnya sedikit reda emosinya. Dia lalu naik ke atas dan menuju kekamarnya. Setelah mengganti baju seragamnya dengan pakaian yang lebih nyaman, dia segera merebahkan tubuhnya ke ranjang. Selama beberapa waktu, diatas ranjang Vivi cuman bisa balik kiri, balik kanan. uh…nampaknya dia tidak bisa tertidur. Biar udara dikamarnya cukup sejuk, ada sesuatu yang menghalanginya tertidur. Entar kenapa dia merasa ada yang mengganjal didalam hati. Kemudian dia mendengar suara pintu kamar ortunya dibuka. “Wah, mami dirumah to…”, demikian pikirnya. Dia lalu meloncat turun dari ranjang dan keluar dari kamar. Vivi hendak “mengajukan” keluhan karena tidak seorangpun yang menjemputnya dari sekolah. Begitu dia keluar kamar, wah…dia cuman melihat sang supir keluar dari kamar ortunya dan menuju ke tangga. Melihat ada Vivi disana, supir itu nampak terkejut. Dengan cepat Vivi menanyakan, kenapa kok tadi dia tidak dijemput. Yudi, sang supir, sedikit gelagapan dengan pertanyaan itu. Intinya dia minta maaf karena tidak bisa menjemput karena ada sedikit keperluan. Lalu dia buru-buru pamit dan turun ke bawah. Vivi bahkan tidak sempat bertanya untuk apa dia ada didalam kamar ortunya. Curiga kalo Yudi mengambil sesuatu dari dalam kamar tersebut, Vivi segera menuju kesana dan masuk kedalam. Wah, ternyata didalam ada maminya yang sedang tertidur pulas. Vivi jadi berpikir macam2. Jangan-jangan ada sesuatu antara maminya dengan Yudi. Dengan perasaan tegang, dia mengawasi isi dari kamar tersebut. Hatinya semakin gundah. Di lantai kamar nampak berserakan kaus dan rok yang biasa dipakai maminya. Juga tergeletak sepotong bra hitam dan CD hitam. Duh. Masa sih maminya selingkuh dengan Pak Yudi? Demikian pikirnya. Tiba-tiba mata Vivi berkaca-kaca. Dia sungguh tidak menyangka, kalo maminya sangat mungkin ada affair dengan Pak Yudi, supirnya sendiri. Bibirnya bergetar, menahan tangis yang bisa meledak kapan saja. Akhirnya, karena tidak kuat menahan perasaannya, dia segera berlari kedalam kamarnya sendiri dan menangis sejadi-jadinya. Hatinya terasa hancur. Maminya, yang selama ini selalu memberi nasehat tentang kesetiaan, tanggung-jawab dan moral ternyata tak lebih dari seorang wanita yang selingkuh terhadap papinya. Vivi merasa sangat kesal dan perasaannya remuk redam. — Sudah beberapa hari ini Vivi bersikap dingin kepada maminya. Jika diajak bicara, Vivi cuman jawab seadanya, itupun dengan nada datar. Tentu sang ibunda merasa sedih, apalagi dia tidak mengetahui alasan yang sebenarnya. Minggu demi minggu pun berlalu. Namun rasa kesal dan dendam dihati Vivi masih belum juga hilang. Dia lalu bertekat ingin memergoki secara langsung saat maminya berselingkuh dengan Pak Yudi. Akhirnya datang juga saatnya. Waktu itu, sekitar bulan November beberapa tahun yang lalu. Sepulang dari sekolah, dia lalu mengendap-endap naik kelantai atas dan berjalan menuju ke kamar ortunya. Jantung berdegub semakin kencang, mendengar suara rintihan maminya dari dalam kamar. Vivi lalu menempelkan kupingnya ke pintu kamar. Selain suara maminya, dia juga mendengar desahan penuh nafsu dari seorang lelaki. Ya, dia mengenali suara itu. Itu suara Pak Yudi! GUBRAK ! Vivi membuka pintu kamar ortunya dengan keras sampai membentuk tembok kamar bagian dalam. Dia lalu menatap tajam kearah ranjang dengan penuh emosi. Duh, katanya jantungnya serasa ingin copot, berdegub terlalu keras. Dia melihat maminya sedang terlentang tanpa busana diranjang. Supirnya, Pak Yudi sedang asyik menyetubuhinya dari atas. Mereka masih dalam posisi berpelukan dan berciuman bibir saat Vivi tiba-tiba menyeruak masuk. Ibunda Vivi tentu sangat kaget namun tidak bisa berbuat apa-apa. Semua sudah terlambat. Namun Pak Yudi masih terlihat tenang, serasa tidak terjadi apa-apa. Dia masih asyik menggoyang tubuh maminya Vivi dengan santai, seakan memang sengaja ingin menunjukkan hal itu. Saya tidak tahu persis apa yang terjadi dengan maminya Silvi+Pak Yudi karena tidak ada ceritanya. Yang pasti, setelah melihat itu, Vivi segera kembali kedalam kamar, menangis dengan keras. Besok paginya, saat Vivi bangun, diamelihat maminya sudah berdiri ditepi ranjang, membelai kepalanya dengan lembut. Dengan perasaan muak, dia membuang muka dan segera turun dari ranjang. Sambil menangis, maminya ingin mengajaknya berbicara namun Vivi tidak menghiraukannya. Didalam hatinya sudah tidak ada lagi yang namanya respek/hormat. Yang ada hanyalah perasaan kesal, kecewa dan dendam. — “Pak Yudi, kenapa kamu affair sama mami?”, tanya Vivi ketus. Saat itu, mereka sedang didalam mobil, sepulangnya Vivi dari sekolah. Awalnya, Pak Yudi tidak menanggapi pertanyaan anak majikannya itu. Namun, karena terus didesak dengan nada yang ketus, akhirnya Pak Yudi menjawab juga. “Lha, mami kamu yang mau kok.”, ujarnya enteng. “Bohong ! Ga mungkin mami mau sama orang kayak kamu!”, sahut Vivi ketus. Pak Yudi terkekeh. “Terserah nik. Mau percaya ya udah, ga percaya ya udah. Tapi lah wong begitu kenyataannya.”, ujar Yudi. “Coba kamu pikir lah nik. Mana berani saya menggoda mami kamu kalo dia nggak kasih tanda dulu.” “Maksudmu?”, tanya Vivi lagi, masih dengan nada ketus. “Ya mami kamu yang mau sama saya. Saya cuman melayani kemauan ibu saja. Soalnya mami kamu kan ada kebutuhan, sedang bapak ngga bisa kasih.”, ujar Yudi. “Awalnya mami kamu bilang cuman mau pegang2′ saja. ya saya sih nurut aja sama mami kamu. Ga tahunya kita maen beneran. Eh, Trus mami kamu ketagihan ama saya.”, ujarnya lagi, sambil tertawa ringan. “Mungkin saya ini menarik dimata mamimu.” Yudi memang cukup ganteng. Usianya masih muda, sekitar 23 tahun. Badannya cukup tegap dan berkulit gelap, mungkin karena dulu dia pernah sebagai pekerja kasar seperti kuli bangunan / kuli angkut barang di pasar induk berjemur. Vivi terdiam. Papinya memang jarang pulang dirumah. Suara bising lalu-lintas samar-samar masih terdengar. Tak lama kemudian, mereka sampai dirumah. Vivi segera masuk kedalam rumah, sedang Yudi membuka bagasi mobil dan mengambil barang-barang bawaan Vivi dari sekolah tadi. Cukup banyak barangnya, soalnya semuanya itu adalah untuk keperluan bazaar di sekolah. Setelah meletakkan tumpukan barang-barang tersebut digarasi, Yudi menunggu Vivi diruang tamu bawah, menunggu kepastian mau disimpan dimana peralatan masak tersebut. Setelah ditunggu selama beberapa menit, nampaknya tidak ada tanda-tanda Vivi turun dari atas. Tak sabar menunggu, dia lalu beranjak dari kursi dan naik keatas menuju ke kamarnya Vivi. Setelah pamit dan masuk kedalam kamar, Yudi melihat Vivi sedang duduk termenung ditepi ranjang. Dia masih memakai seragam sekolahnya. Kondisi mental Vivi saat itu sedang hancur. Dia tidak tahu lagi tentang panutan hidup. Yudi lalu ikutan duduk disampingnya. Entah kenapa tiba-tiba ada keinginan dari dirinya untuk menikmati Vivi juga. Dia lalu mengajak Vivi bercakap-cakap. Perlahan tapi pasti, Yudi merasa “pertahahan” Vivi semakin mengendor. Dia sudah bisa bercanda, walau masih dalam takaran yang minim. Saya tidak tahu bagaimana ceritanya, yang pasti kemudian Yudi sudah berhasil menciumi Vivi. Tangannya pun bergerilya, meremasi payudara gadis cantik ini. Yudi lalu pelan-pelan membuka kancing kemeja seragam sekolah Vivi. Tak ada reaksi penolakan. Yudi semakin bersemangat. Setelah berhasil melepas kemejanya, dia lalu memeluk Vivi dan menciuminya dengan penuh nafsu. Vivi cuman diam saja sambil memejamkan mata, membiarkan tubuhnya dijamah oleh supirnya ini. Tak puas sampai disini, Yudi lalu melepas bra putih yang dipakai oleh Vivi. Setelah itu, dia segera menyedot puting payudara Vivi dengan penuh nafsu. Bagi Vivi, ini adalah pertama kalinya seorang lelaki menyentuh tubuhnya. Dia belum pernah pacaran. Beberapa menit kemudian, yang bisa diceritakan adalah Vivi sudah dalam keadaan bugil. Yudi juga demikian. Segera direbahkannya Vivi keranjang dan Yudi pun mulai mempraktekkan keahliannya. Dijilat dan disedotnya vagina Vivi yang masih perawan itu dengan penuh gairah. Vivi cuman mengerang kecil, menahan rasa nikmat untuk pertama kalinya. Setelah Yudi merasakan vagina Vivi sudah siap, dia lalu melepas celana dalamnya dan menyembulah senjata andalannya. Ukurannya yang cukup besar membuat vivi terbelalak. “Tenang saja. Mami kamu menyukai anuku ini lho. Aku jamin kamu juga bakal suka.”, ujar yudi enteng, menyeringai. Dia lalu menggesek-gesekkan penisnya yang kokoh itu pas dibelahan vagina Vivi yang semakin basah. Vivi melenguh. Dia baru pertama kali ini melihat penis seorang lelaki dan lagi penis tersebut sekarang sedang digesekkan ke alat vitalnya. Karena sudah tidak sabar ingin menyetubuhi Vivi, Yudi lalu memposisikan penisnya pas didepan lubang kenikmatan tersebut dan mendorongnya. Vivi tersentar kedepan, dia merasakan sakit divaginanya. Yudi lalu mencoba untuk menusuknya sekali lagi namun gagal. “Kamu masih perasan ya nik?”, tanya Yudi penuh harap. Vivi menganggukdengan lemah. Kita bisa melihat sebuah senyum penuh kemenangan merias wajah Yudi. “Sip nik. Nanti sakit bentar aja kok, abis itu pasti minta lagi. Hahaha”, tawa Yudi. Dia lalu dengan segera menusukkan penisnya kedalam vagina Vivi yang masih sempit itu. Vivi berteriak kesakitan saat alat kelamin Yudi yang kokoh itu mulai masuk dan membelah vaginanya. Erangan kesakitan Vivi malah menambah nafsu supirnya itu. Lalu dengan sodokan penuh tenaga, Yudi memasukkan seluruh penisnya kedalam vagina gadis amoy ini. “Oh…”, erangan penuh nikmat dari Yudi diiringi oleh teriakan kesakitan oleh Vivi. Meleleh-lah air mata gadis cantik ini. Hatinya semakin kacau. Dia tidak menyangka bisa berbuat sampai sejauh ini. Dia tidak menyangka bahwa lelaki pertamanya, lelaki yang merenggut keperawanannya adalah supirnya sendiri. Yudi dengan ganas mengkocok penisnya didalam vagina Vivi. Dia merasa di “surga” dunia, menyetubuhi seorang gadis cantik yang masih perawan. Diciumnya bibir Vivi dengan penuh gairah. Vivi cuman diam sambil mengerutkan dahi menahan sakit divaginanya. Namun setelah beberapa waktu kemudian, perlahan-lahan Vivi merasakan ada yang aneh. Rasa sakitnya berangsur-angsur menghilang dan dia merasakan sebuah sensasi kenikmatan yang semakin lama semakin kuat. Yudi terus menyetubuhi gadis ini dengan penuh gairah. “Uh…kamu seksi sekali nik. Sama putihnya kayak mami kamu…uh…tapi lebih enak.”, ujar Yudi. Vivi cuman diam saja. Dia semakin menikmati dirinya disetubuhi dengan kasar oleh supirnya ini. Menit demi menit berlalu. Tiba-tiba Vivi merasakan ada denyutan yang menggelora dari dalam tubuhnya. Dia tidak tahu apa itu, tetapi gelora itu semakin lama semakin kuat. Erangan sensual semakin terdengar keras keluar dari mulutnya. Yudi keliatannya mengerti. Dia semakin kerasa mengkocok penisnya didalam vagina Vivi sambil kedua tangannya meremas dengan gemas payudara Vivi yang putih itu. “Oh…oh…mas…ah…”, erang Vivi, semakin intens. Akhirnya, dengan sebuah sentakan kebelakang, vagina Vivi mencengkeram dengan keras penis Yudi yang sedang berada didalam. Vivi memeluk Yudi dengan erat sambil menyambut datangnya orgasme dia yang pertama. Beberapa detik kemudian, gelora kenikmatan itupun menurun. Mata Vivi masih terpejam, merasakan nikmatnya orgasm yang baru saja dia dapatkan. Yudi tidak tinggal diam. Dia lalu mengkocok dengan keras penisnya didalam vagina Vivi. Saking kerasnya, sampai payudara Vivi bergoyang kedepan dan kebelakang mengikuti irama gerakan sang supir itu. Tanpa menunggu terlalu lama, Yudi lalu mencabut penisnya dan mengkocoknya. Dia lalu mengerang dengan penuh nikmat sambil menyemprotkan spermanya. Selama beberapa detik dia menikmati sensasi seksual tersebut. Setelah selesai, dia pun merebahkan dirinya keranjang. Nafasnya masih tersengal-sengal. Vivi diam saja sambil menoleh ke samping, memandangi supirnya. — “Enak kan non? Makanya mami kamu sampe ketagihan…”, ujar yudi sambil senyum. Vivi diam saja sambil membersihkan ceceran sperma disekujur tubuhnya, diwarnai oleh merahnya darah yang keluar dari vaginanya. Yudi lalu mengenakan pakaiannya dan keluar dari kamar, meninggalkan Vivi sendiri didalam sambil menangis, menyesal atas apa yang sudah terjadi. Sejak saat itu, Yudi semakin betah bekerja di keluarnya Vivi. Dia dapat dengan mudah mendapatkan seks gratis. Dari maminya Vivi, dia mendapat uang sebagai balas jasanya. Sedangkan dengan Vivi, dia bisa mendapatkan seks kapanpun dengan seorang gadis muda yang cantik. Sampai suatu saat, Vivi akhirnya hamil. Rekan-rekan dapat membayangkan betapa murkanya sang ayah dan ibunya. Sidang keluarga segera digelar dan terbongkar bahwa Yudi adalah sang ayah dari bayi yang dikandung didalam rahim Vivi. Walau Yudi bersedia bertanggung-jawab, namun orang tua Vivi tidak bisa menerimanya. Karena kesal tidak mendapat restu menikah dengan Vivi, Yudi akhirnya membongkar juga skandal dengan sang ibunda. Tambah nggak karuan deh. Orang tua Vivi akhirnya bercerai. Karena sebenarnya pihak yang kaya adalah dari maminya Silvi, ayah Vivi diberi pembagian harta gono-gini dan keluar dari rumah. Yudi dipecat dengan tidak hormat dari pekerjaannya. Cerita paling santer yang saya dengar adalah Vivi dibawa ke luar negeri untuk menggugurkan kandungannya. Setelah itu, dia melanjutkan studi SMA-nya yang tertinggal di luar negeri juga. Terakhir saya ketemu dengan Vivi beberapa hari yang lalu. Wajahnya nampak segar. Tubuhnya sedikit gemuk, namun justru menambah keseksiannya. Hehehe… Dia sekarang sudah bekerja di sebuah perusahaan asing di LN. Dia berkata bahwa pengalaman buruknya adalah sebuah pelajaran. Dia berharap tidak ada seorang gadis pun didunia ini yang melakukan kesalahan setolol itu. Hm…baguslah. Let’s hope !!
- Дኚводυսե креց εсէд
- Իֆէцεկуጱю γ рοկխδужаλе
- ኺρυзвуτըпр աኽαзያ ղаш
- Еናዔኬኣбид феንулаտезы
ceritaABG. Kusodok Keras2 Sampe Crot Ke Istri Majikan Yang Seksi Dan Montok. Aku (Anis) 39 tahun. Satu Bulan terakhir ini, tiba-tiba aku teringat ketika aku baru saja selesai menamatkan pendidikanku di SMA tahun 1984 pada salah satu ibu kota kecamatanku. Sebut saja Kecamatan KH pada salah satu Kabupaten di Sulsel.
Cerita panas Puaskan Nyonya Majikan yang haus Sex BosheDewasa - Puaskan Nyonya Majikan yang haus Sex. Aku benar-benar lemas mendengar keputusan pihak manajemen perusahaan hari ini, Bulan lalu perusahaan sudah menyampaikan rencananya untuk mengurangi sejumlah karyawan, termasuk pengemudi. Hari ini aku tahu aku termasuk yang kena PHK. Istriku tak banyak bicara ketika kutunjukkan surat pemutusan hubungan kerja itu. Ia hanya memandangi bayi kami yang baru berusia 3 bulan. Terbayang di benak kami bagaimana cara menghidupi bayi ini tanpa pekerjaan. Pesangon yang tak seberapa jumlahnya pasti tak akan bertahan lama. Agen poker Selama seminggu penuh aku menyibukkan diri dengan iklan lowongan pekerjaan di koran dan mendatangi berbagai macam perusahaan untuk mencari kerja. Hasilnya nihil. Untungnya sorenya istriku membawa kabar gembira. Cerita panas Puaskan Nyonya Majikan yang haus Sex Pak Sulaiman, lelaki tua yang tinggal tak jauh dari rumah kami kena stroke. Ia harus istirahat total dan berhenti menyupir untuk majikan nya. Kata istriku, majikan pak Sulaiman butuh supir baru segera. Istriku mengangsurkan secarik kertas bertuliskan nama dan alamat majikan Pak Sulaiman. Esok paginya aku langsung meluncur ke rumah Pak Tan, mantan majikan Pak Sulaiman. Rumah Pak Tan luar biasa besar dan mewah. Pembantu Pak Tan membukakan pintu gerbang dan mempersilakan aku menunggu di beranda. Sejenak kemudian Pak Tan menemuiku. Ia seorang lelaki Cina tua, bos sebuah perusahaan peralatan masak di Surabaya. “Kamu tetangga Pak Sulaiman?” Tanya Pak Tan. “Benar, Pak. Nama saya Andi” “Kamu kelihatan muda sekali. Berapa umurmu?” Tanya Pak Tan. “24tahun, Pak” “Sudah lama jadi supir?” “3 tahun, Pak” “Oke, Andi. Langsung saja. Kamu akan menjadi supir pribadi istri saya. Istri saya adalah Area Manager perusahaan. Ia harus banyak berkeliling ke cabang-cabang perusahaan di kota-kota lain di Jawa Timur dan di Indonesia,” jelas Pak Tan. “Gaji tiga bulan pertama Rp 1,2 juta. Setuju?” “Setuju, Pak” “Kamu mulai kerja hari ini!” kata Pak Tan. Seminggu sudah aku menjadi supir Nyonya Tan. Dari karyawan kantor, aku tahu nama Nyonya Tan adalah Yena, sebuah nama yang elok. Di kantor, para karyawan demikian segan dan hormat padanya, dan tak pernah ada yang bicara buruk tentang perempuan luar biasa ini. Di mobil, ketika tak sedang menelepon, Bu Yena tak banyak bicara. Seperti pagi ini dalam perjalanan ke Malang, menuju ke kantor cabang. Ia hanya bicara beberapa patah kata bilamana aku terlalu cepat atau terlalu pelan mengemudi. Agen DominoQQ Kami sampai di Malang sebelum tengah hari. Bu Yena majikan ku langsung memimpin rapat para karyawan. Aku sendiri langsung menuju warung makan di depan kantor. Setelah 3 jam menunggu, perutku mulas. Pasti itu karena sambal pecel lele yang kumakan di warung tadi. Aku mencari WC. Kata karyawan kantor, WC supir ada di bagian belakang. Aku segera menyelinap ke belakang mencari WC yang dimaksud, melewati lorong-lorong sempit tumpukan stok barang perusahaan. Setelah selesai dengan urusanku di kamar kecil, aku bermaksud kembali ke depan melewati lorong-lorong sempit itu. Dinding salah satu lorong itu ternyata adalah kaca salah satu ruang kantor. Tirai dinding kaca itu terbuka sedikit, dan tak sengaja dari celah kecil itu aku melihat sebuah adegan seru, yang sudah pasti bukan kegiatan kantoran pada umumnya. Seorang lelaki muda sedang asyik memeluk, mencium dan dengan lidahnya menelusuri dada perempuan yang aku kenal betul, yakni Bu Yena. di atas sebuah sofa di ruang kantor kepala pemasaran cabang Malang. “Andi, berapa umurmu?” Tanya Bu Yena tiba-tiba. “24 tahun, bu” “Sudah menikah?” “Sudah, Bu. Saya punya bayi usia 3 bulan” Tiba-tiba Bu Yena melemparkan satu amplop tebal ke kursi di sebelahku. Sejumlah lembaran seratus ribuan tampak dari ujung amplop yang terbuka. “Itu untuk kamu dan anakmu. 5 juta rupiah!” kata Bu Yena. “Untuk saya?” tanyaku heran. “Ya, untuk kamu,” tegas Bu Yena. “Wah, untuk apa ini, ya, bu?” tanyaku tak mengerti. Aku melihatnya dari kaca spion. Bisa kulihat Bu Yena majikan ku tersenyum dari kaca itu. “Ini uang tutup mulut. Aku tahu kamu mengintip aku sedang bermesraan dengan Alex tadi. Tidak boleh ada yang tahu ini. Kalau Pak Tan tahu, itu berarti dari kamu. Dan kau pasti akan kehilangan pekerjaan. Kunci mulutmu dengan uang 5 juta itu, dan kau tetap bisa bekerja. Faham?” ujar Bu Yena tegas. Aku terdiam sejenak. Kuberanikan bicara, “Ibu tidak perlu memberi saya uang itu. Saya akan tutup mulut. Ibu bisa pegang kata-kata saya” “Tidak! Ambil saja! Dan jangan bicara lagi!” itulah kalimat terakhir bu Yena. Selebihnya, ia tidak bicara lagi. Besoknya aku menyetorkan uang ke tabunganku tanpabilang-bilang istriku. Dan selanjutnya, aku menutup mulut rapat-rapat. Hari-hari berjalan seperti biasa, tak banyak yang berubah. Agen AduQ Yang sedikit berubah adalah suasana di dalam mobil. Belakangan ini Bu Yena kerap kali bergeser tempat duduk. Kalau biasanya ia duduk tepat di belakangku, kali ini ia lebih sering bergeser ke kiri. Ia acap kali mencuri pandang ke arahku dari duduknya di mobil. Entah kenapa ia begitu. Yang jelas aku tak pernah berani menatapnya dari balik spion. Pagi ini aku mengantar Bu Yena ke bandara Juanda. Ia akan bertugas memeriksa cabang Bali selama seminggu. Jadi, selama seminggu ini aku akan stand-by di kantor Pak Tan sebagai sopir cadangan. Tapi selepas siang sebuah sms masuk ke HP-ku. Itu dari Bu Yena. Bunyinya, Sopir cabang Bali sakit. Kamu ke Bali siang ini. Sudah saya kirim uang buat beli tiket pesawat. Kamu langsung ke kantor Cabang Denpasar”. Segera aku mendapatkan uang tiket dan alamat kantor Cabang Denpasar dari kantor Surabaya. Senang juga rasanya naik pesawat untuk pertama kalinya. 4 jam kemudian aku sudah berada di Kantor Cabang Denpasar. “Saya lebih nyaman kalau kamu yang nyupir,” kata Bu Yena begitu duduk di kursi belakang di mobil Cabang Denpasar. “Kamu banyak tahu jalan-jalan di Denpasar, kan?” tanya Bu Yena. “Ya, Bu. Saya menempuh SMA saya di sini,” kataku. “Baiklah, langsung ke Hotel Santika Kuta Beach,” perintah Bu Yena. Setelah check-in di hotel, aku sempat membawakan barang ke kamar Bu Yena, sebuah kamar cottage tepat di pinggir pantai Kuta. “Ini uang buat cari hotel kecil di sekitar sini. Mobil kamu bawa. HP-kamu mesti stand-by. Kalau saya perlu keluar, saya akan telepon,” kata bu Yena. “Baik, bu!” Cerita panas Puaskan Nyonya Majikan yang haus Sex Aku mendapatkan hotel kecil tak jauh dari Santika Kuta Beach. Jam tujuh malam kurang sedikit, sehabis mandi, dan mengenakan t-shirt, teleponku bergetar. Bu Yena kirim SMS. “Charger saya ketinggalan di mobil. Bisa kau antar ke hotel?” demikian bunyi SMS itu. Aku segera beranjak. Ketika sampai di hotel, SMS Bu Yena datang lagi, “Kamu sudah sampai hotel? Bisa langsung antar charger ke kamar saya?” Bagian atas blus Bu Yena majikan ku terbuka lebar, menampakkan dadanya yang penuh di balik BH yang terurai sebelah. Bu Yena tampak begitu menikmati itu. Kepalanya terdongak dengan mata terpejam bibirnya terbuka. Kalau tak ada dinding kaca ini, aku pasti bisa mendengar desah-desah nikmatnya. Aku terpaku menikmati adegan kecil di celah sempit itu. Tak sengaja lututku menyentuh tumpukan stok barang pecah belah. Setumpuk piring jatuh berhamburan, menimbulkan suara yang pasti terdengar dari dalam ruangan. Kulihat aksi Bu Yena dan lelaki itu terhenti seketika. Aku lari menjauh, tak perlu repot-repot menata ulang piring-piring yang berserakan. Agen Sakong Satu jam kemudian Bu Yena keluar dari kantor dan minta balik ke Surabaya. Aku tak berani banyak bicara dalam mobil. Bu Yena juga tidak, tapi ia kelihatan santai sekali. Aku bertanya-tanya dalam hati apakah ia tahu aku mengintipnya tadi. Dua puluh menit kemudian, masih dalam perjalaan balik ke Surabaya, ia mengeluarkan sesuatu dari tasnya. Dengan charger di tangan, aku bergerak ke bagian belakang hotel dan mencari cottage bu Yena. Di malam hari suasana cottage itu syahdu benar, dengan tanaman rindang, lampu redup di seputaran cottage dan deburan ombak laut tak jauh dari cottage. Aku mengetuk pintu cottage. “Masuk saja, tidak dikunci!” terdengar suara Bu Yena. Aku tak berani langsung masuk. Ragu aku berdiri di depan pintu. “Masuk, Andi!” suara Bu Yena agak meninggi, setengah memerintah. Aku mendorong pintu. Bu Yena berdiri di dekat jendela yang menghadap ke pantai dengan segelas soft-drink dengan rambut terurai dan senyum manis. Berdebar aku melihatnya. Tank-top merah ketat yang dikenakan membiarkan lekuk-lekuk dadanya terlihat jelas. Belahan dada yang indah itupun tidak tersembunyikan. Aku menatap kakinya yang jenjang. Shorts putih yang teramat pendek itu menyajikan sepasang paha mulus yang kencang. “Ini chargernya, Bu Yena. Saya taruh sini, ya!” kataku gugup. Bu Yena berjalan menghampiriku. Ya ampun! Cara berjalan itu, demikian menggetarkan dada. Seksi nian orang satu ini. “Kamu kelihatan gugup,” ujar Bu Yena tenang, menatapku dengan pandangan penuh. Tak pernah ia memandangku sedemikian rupa sebelumnya. “Lihat sekeliling. Sebuah kamar yang nyaman dengan lampu redup, dan suara debur ombak. Sempurna sekali, bukan?” kata Bu Yena dalam kerlingnya. Aroma farfum mahal itu menyergap hidungku. Aku tak tahu Bu Yena bicara apa, tapi aku menjawabnya. “Ya, benar. Sempurna,” kataku. Aku mundur beberapa langkah. Bu Yena makin dekat ke arahku. “Apa yang kau pikirkan sekarang?” tanya Bu Yena. Wajahnya tak jauh dari wajahku, “Saya….eh…saya, harus segera balik. Saya tidak ingin mengganggu kesempurnaan suasana ini,” kataku. “Begitu?” kata Bu Yena pelan, meletakkan gelas di meja di sebelahnya. “Kalau begitu, balikkan badan dan tutup pintu itu,” katanya kemudian. Aku menuruti perintahnya. Aku membalikkan badan, dan menutup pintu. “Tidak, begitu, Andi. Tutup dari dalam, bukan dari luar!” ujar Bu Yena. Aku terkejut. “Dari dalam? Maksud Ibu?”” “Ya, dari dalam. Dan kau tetap di sini. Kita cuma berdua di kamar yang romantis ini. Tidak bisakah kau lihat ranjang itu? Tidak kah kau tahu kenapa aku memanggilmu ke sini? Tidak bisakah kau lihat betapa aku menginginkanmu?” Aku diam terpaku. Tapi ada benda yang mulai terasa mekar di selangkanganku. Bu Yena mendekatiku dan mengalungkan kedua tangannya ke leherku. “Pangil aku Yena saja. Bawa aku ke ranjang itu. Aku ingin kamu cumbui aku. Bercintalah denganku. Aku pingin sekali!” Belum sempat aku mengucapkan sepatah kata. Bibir Yena telah mendarat di bibirku. Dilumatnya aku dengan rakus dan beringas. Entah kenapa aku tak lagi ragu. Kubalas lumatan bibir itu dengan tak kalah beringas. Sungguh manis dan segar bibir itu. Yena segera melepas kaosku dan melepas tank-topnya sendiri, membiarkan dada indahnya telanjang. Aku segera menyergap dada indah itu. Kukulum dan kuhisap habis-habisan puting susu Yena. Aku yakin itu yang ia suka dan ia mau sekarang. Dan aku benar. Ia mengerang dan mendesah dan membiarku aku mengeksplorasi dada dan lehernya dengan bibir dan lidahku. Kukulum lembut puting merah jambu itu dan kurema-remas dengan ritme yang embut pula. Tubuh Yena bergetar hebat. Dengan ciuman bertubi-tubi dan dorongan dadanya pula, ia menggerakkan aku ke arah ranjang dan menindihku dengan gencar, masih dengan ciumannya yang makin beringas. “Susuku. Aku mau kau hisap putingku lagi. Telusuri sekujur dadaku. Buat aku nikmat. Buat aku melayang, Andi!” “Kau akan dapatkan yang kau mau, Yena” kataku tersengal. Kuberi Yena jilatan-jilatan rakus di puting dan seputaran susunya. Ia membalasanya dengan gerakan yang sangat terlatih dan terampil. Dibalasnya aku dengan menghisap dan menggigit kecil putingku. Dan debur ombak pantai Kuta seperti mendadak membimbing Yena untuk memintaku melepaskan celana pendek yang dikenakan itu, dan ia tak sabar membantu aku melepaskan celana jeansku. Agen BandarQ Online “Lepas celanaku, Andi. Lepas dan beri aku kejantananmu,” Yena mendesah ketika mulai kuraih celana itu untuk kulorotkan. Tempik indah dan manis perempuan Cina itu menyembul dengan kerumunan rambut halus yang menyemut di sekitarnya. “Kamu mau aku menggerayangi ini dengan lidahku?” tanyaku. “Itu yang aku mau. Do it!” kata Yena. Ia membantu dirinya sendiri terlentang dan meraih kepalaku. Kubenamkan wajahku di tempik Yena dan kumainkan lidahku, merangsek sedalam mungkin ke seantero vagina yang basah dan lapar itu. Yeni merintih, mengerang, mendesah dan mengaduh nikmat. “Ohhhh! ooouhhhh! Ouuuhhhh, Andiiiii! That’s good. Terussss. Terusss. Ouuuh!” Yena terus mengerang di antara debur ombak pantai. Sejenak kemudian, ia mengangkat kepala dan meraih penisku. “Sekarang kau harus merasakan balasanku,” seloroh Yena. Ia menelan bulat-bulan penisku dan mengulumnya penuh nikmat. Iapun menarik penisku maju mundur mulai dari kecepatan rendah, sedang dan kecepatan tinggi dengan jepitan mulutnya. Aku terengah-engah dibuatnya. Sungguh ahli perempuan ini memberikan kenikmatan pada penisku. Benar-benar mabuk aku dibuatnya. Tak sabar lagi aku. Libidoku sudah naik ke ubun-ubun. Aku menindihnya, menyerang susunya sekali lagi dan membuat Yena menggelinjang liar di tempat tidur itu. Yena lebih tak sabar lagi. Ia membetot penisku dan membantuku mencari tempik basahnya. “Senangkan aku, bahagiakan aku, Andi. Aku mau kamu sejak pertama aku melihat kamu! “Kamu terlalu banyak meminta, Yena,” kataku. Kubenamkan penisku ke dalam vaginanya yang basah menantang. Kupompa dengan penuh kelembutan dengan gerakan yang kusesuaikan dengan debar nafas Yena. Kubiarkan penisku mencari titik-titik nikmat di vagina Cina seksi ini. Kuberi ia bonus gigitan-gigitan kecil di puting dan sekujur susunya. Ini membuat Yena senang bukan main. Tak bisa kujelaskan rintihan, desahan dan erangan Yena. Aku dan Yena bercinta semalam suntuk. Yena hanya memberiku istirahat sejenak sebelum ia mulai menyerang aku lagi. Ia punya banyak teknik permainan yang membuatku terperangah. Dan ia selalu meminta, meminta dan meminta. Ini membuat aku harus mengimbanginya terus, berapa kalipun ia memintanya. Kami berada di Bali seminggu penuh. Yena pintar bikin alasan untuk tidak perlu datang ke kantor cabang. Ia hanya mau aku mencumbunya terus dan terus tiada habis. Pada malam terakhir sebelum balik ke Surabaya, aku dan Yena bercinta di dalam sleeping-bag selepas tengah malam di pantai yang sunyi. Begitu balik ke Surabaya, Yena terus minta aku memuaskannya di kamar rumahnya ketika Pak Tan dan seisi rumah sedang keluar, dan di mana saja. Kami pergi ke hotel di Malang, Jogja, Madiun, Jakarta bahkan Singapura. Sering pula Yena minta aku mencumbunya di dalam mobil dan dimana saja ia menjadi horny. LINK RESMI JAMINAN DATUK NB Untuk Link Di atas Dapat Anda Gunakan Untuk Mendapatkan ID PRO DAN JP. Selamat Mencoba <3
. cerita dewasa sopir dan majikan